Minggu, 26 Mei 2024

Sifat-Sifat Wajib 20 bagi Allah beserta Dalil dalam Al-Qur'an



Dalam ajaran Islam, mengenal sifat-sifat wajib Allah adalah bagian penting dari keimanan. Sifat-sifat ini menegaskan kesempurnaan dan keagungan Allah, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat keesaan-Nya. Artikel ini akan membahas secara rinci 20 sifat wajib bagi Allah, lengkap dengan dalil dari Al-Qur'an dalam teks Arab dan terjemahannya.


1. Wujud (Ada)

Sifat Wujud menegaskan bahwa Allah itu ada. Keberadaan Allah tidak diragukan dan merupakan keyakinan dasar dalam Islam. Segala sesuatu di alam semesta ini adalah bukti dari keberadaan Allah. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


"أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ"

*"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?"* (QS. At-Thur: 35).

Ayat ini menegaskan bahwa mustahil bagi segala sesuatu untuk ada tanpa adanya Pencipta. Oleh karena itu, keberadaan Allah sebagai Pencipta adalah sesuatu yang pasti.


2. Qidam (Terdahulu)

Sifat Qidam berarti Allah adalah yang paling awal dan tidak ada permulaan bagi-Nya. Allah telah ada sebelum segala sesuatu diciptakan. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


"هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ"  

*"Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."* (QS. Al-Hadid: 3).

Ayat ini menegaskan bahwa Allah adalah yang pertama dan yang terakhir, menegaskan bahwa Dia tidak memiliki permulaan dan tidak akan berakhir.


3. Baqa' (Kekal)

Sifat Baqa' berarti Allah kekal dan abadi. Allah tidak akan pernah binasa atau hilang. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ ۚ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ"*  

*"Segala sesuatu akan binasa, kecuali Allah."* (QS. Al-Qasas: 88).

Ayat ini menegaskan bahwa hanya Allah yang kekal, sedangkan semua makhluk ciptaan-Nya akan binasa.


4. Mukhalafatuhu Lil-Hawadith (Berbeda dengan Makhluk-Nya)

Sifat Mukhalafatuhu Lil-Hawadith menegaskan bahwa Allah berbeda dengan makhluk-Nya. Tidak ada satu pun yang serupa atau menyamai Allah dalam hal apapun. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ"*  

*"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia."* (QS. Asy-Syura: 11).

Ayat ini menegaskan bahwa Allah unik dan tidak ada makhluk yang dapat dibandingkan dengan-Nya.


5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri Sendiri)

Sifat Qiyamuhu Binafsihi berarti Allah berdiri sendiri, tidak bergantung pada siapa pun atau apa pun. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ"*  

*"Wahai manusia, kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji."* (QS. Al-Fatir: 15).

Ayat ini menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya yang mandiri, sedangkan semua makhluk membutuhkan-Nya.


6. Wahdaniyyah (Esa)

Sifat Wahdaniyyah menegaskan bahwa Allah adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ"*  

*"Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa."* (QS. Al-Ikhlas: 1).

Ayat ini adalah deklarasi yang jelas tentang keesaan Allah, yang merupakan inti dari ajaran tauhid dalam Islam.


7. Qudrah (Maha Kuasa)

Sifat Qudrah berarti Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ"*  

*"Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu."* (QS. Al-Baqarah: 20).


Ayat ini menegaskan kekuasaan Allah yang tidak terbatas dan mencakup segala sesuatu.


8. Iradah (Berkehendak)

Sifat Iradah berarti Allah memiliki kehendak yang bebas dan tidak terikat oleh apa pun. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ"*  

*"Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam."* (QS. At-Takwir: 29).

Ayat ini menegaskan bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak Allah.


9. Ilmu (Maha Mengetahui)

Sifat Ilmu berarti Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ"*  

*"Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."* (QS. Al-Baqarah: 29).

Ayat ini menegaskan bahwa pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.


10. Hayat (Hidup)

Sifat Hayat berarti Allah memiliki sifat hidup yang sempurna dan abadi. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ"*  

*"Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) yang tidak mati."* (QS. Al-Furqan: 58).

Ayat ini menegaskan bahwa kehidupan Allah sempurna dan tidak akan pernah berakhir.


11. Sama’ (Mendengar)

Sifat Sama’ berarti Allah Maha Mendengar segala sesuatu. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ"*  

*"Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."* (QS. Al-Baqarah: 256).

Ayat ini menegaskan bahwa Allah mendengar semua suara dan doa hamba-hamba-Nya.


12. Basar (Melihat)

Sifat Basar berarti Allah Maha Melihat segala sesuatu. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ"*  

*"Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."* (QS. Al-Hujurat: 18).

Ayat ini menegaskan bahwa Allah melihat semua perbuatan hamba-hamba-Nya.


13. Kalam (Berfirman)

Sifat Kalam berarti Allah memiliki sifat berbicara atau berfirman. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا"*  

*"Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung."* (QS. An-Nisa: 164).

Ayat ini menegaskan bahwa Allah berfirman kepada nabi-nabi-Nya untuk menyampaikan petunjuk dan wahyu.


14. Qadiran (Maha Berkuasa)

Sifat Qadiran berarti Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu, menunjukkan kekuasaan-Nya yang mutlak. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ"*  

*"Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu."* (QS. Al-Baqarah: 20).

Ayat ini kembali menegaskan kekuasaan Allah yang tidak terbatas.


15. Muridan (Berkehendak)

Sifat Muridan berarti Allah memiliki kehendak dan keinginan yang bebas, menunjukkan bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

*"إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ"*  

*"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: 'Jadilah!' Maka terjadilah ia."* (QS. Yasin: 82).

Ayat ini menegaskan bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak Allah, yang hanya perlu berkata "Jadilah!" maka sesuatu itu akan terjadi.


16. 'Aliman (Maha Mengetahui)

Sifat 'Aliman berarti Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, menunjukkan pengetahuan-Nya yang meliputi segala sesuatu. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ"*  

*"Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."* (QS. Al-Baqarah: 282).

Ayat ini menegaskan bahwa Allah memiliki pengetahuan yang sempurna tentang segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.


17. Hayyan (Hidup)

Sifat Hayyan berarti Allah memiliki sifat hidup yang sempurna dan abadi. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ"*  

*"Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)."* (QS. Al-Baqarah: 255).

Ayat ini menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang hidup dan abadi, serta terus menerus mengurus makhluk-makhluk-Nya.


18. Sami’an (Maha Mendengar)

Sifat Sami’an berarti Allah Maha Mendengar segala sesuatu, menunjukkan kemampuan Allah untuk mendengar segala sesuatu. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ"*  

*"Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."* (QS. Al-Baqarah: 137).

Ayat ini menegaskan bahwa Allah mendengar segala sesuatu, termasuk doa dan permohonan hamba-hamba-Nya.


19. Basiran (Maha Melihat)

Sifat Basiran berarti Allah Maha Melihat segala sesuatu, menunjukkan kemampuan Allah untuk melihat segala sesuatu. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ"*  

*"Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu."* (QS. Al-Mulk: 19).

Ayat ini menegaskan bahwa Allah melihat segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, tidak ada yang tersembunyi dari-Nya.


20. Mutakalliman (Berfirman)

Sifat Mutakalliman berarti Allah memiliki sifat berbicara atau berfirman, menunjukkan bahwa Allah dapat menyampaikan firman-Nya kepada para nabi. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:


*"وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا"*  

*"Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung."* (QS. An-Nisa: 164).

Ayat ini menegaskan bahwa Allah berfirman kepada para nabi, termasuk Nabi Musa, sebagai bagian dari penyampaian wahyu dan petunjuk-Nya.


Memahami sifat-sifat wajib bagi Allah adalah fondasi yang sangat penting dalam keimanan seorang Muslim. Sifat-sifat ini mengajarkan tentang kesempurnaan dan keagungan Allah, memberikan pemahaman yang mendalam tentang keesaan dan kebesaran-Nya. Dengan memahami dan meyakini sifat-sifat ini, seorang Muslim dapat meningkatkan ketakwaan dan keimanannya kepada Allah.

Sifat-sifat wajib Allah tidak hanya mengajarkan tentang hakikat Allah yang sempurna, tetapi juga menuntun umat Islam untuk selalu mengingat dan mendekatkan diri kepada-Nya. Melalui sifat-sifat ini, kita belajar bahwa Allah adalah sumber segala sesuatu, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, dan selalu ada untuk mendengarkan dan melihat kita.

Dengan memahami sifat-sifat wajib ini, kita juga diingatkan untuk senantiasa berdoa, bertawakal, dan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Semoga pengetahuan ini dapat memperkokoh iman kita dan menuntun kita untuk selalu berada di jalan yang diridhai oleh Allah.

Label:

Rabu, 22 Mei 2024

Mengenal Makna Kalimat Tauhid "لا اله الا الله" dalam Islam



Kalimat "لا اله الا الله" merupakan inti ajaran Islam dan menjadi syahadat pertama bagi seorang Muslim. Kalimat ini terdiri dari empat kata dalam bahasa Arab yang memiliki makna mendalam: "La ilaha illa Allah". Secara harfiah, kalimat ini berarti "Tidak ada tuhan selain Allah." Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas makna, implikasi, dan pentingnya kalimat tauhid ini dalam kehidupan seorang Muslim.


Kalimat "لا اله الا الله" pertama kali disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai bagian dari wahyu yang diterimanya dari Allah SWT. Kalimat ini bukan hanya sebuah pernyataan keimanan, melainkan juga sebuah janji setia kepada Allah. Dalam sejarah Islam, kalimat ini menjadi tonggak penting dalam penyebaran agama Islam dan membedakannya dari agama-agama lainnya.

Secara linguistik, "La ilaha illa Allah" terdiri dari:

1. La (لا) yang berarti "tidak ada".

2. Ilaha (اله) yang berarti "tuhan".

3. Illa (الا) yang berarti "kecuali".

4. Allah (الله) yang merujuk pada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.

Jika digabungkan, kalimat ini mengandung penegasan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah. Ini mencakup pengingkaran terhadap semua bentuk penyembahan selain kepada Allah dan penetapan bahwa hanya Allah yang layak disembah.


Kalimat "لا اله الا الله" memiliki implikasi besar dalam kehidupan seorang Muslim. Berikut beberapa di antaranya:

1. Monoteisme Murni*: Kalimat ini menegaskan keesaan Allah dan menolak segala bentuk kemusyrikan. Seorang Muslim yang mengucapkan kalimat ini meyakini bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu.

2. Keimanan dan Ketakwaan: Mengucapkan kalimat ini berarti seorang Muslim berkomitmen untuk hidup sesuai dengan ajaran Allah dan menjauhi segala bentuk dosa. Ini mencakup menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.

3. Kebebasan dari Penghambaan: Dengan meyakini bahwa hanya Allah yang layak disembah, seorang Muslim membebaskan dirinya dari penghambaan kepada makhluk atau benda lainnya. Ini menciptakan kebebasan spiritual dan mental dari segala bentuk penindasan.

4.Persaudaraan Islam: Kalimat "لا اله الا الله" juga menjadi dasar persatuan di antara umat Islam di seluruh dunia. Dengan meyakini Tuhan yang sama, umat Islam terikat dalam satu ikatan keimanan yang kuat.

Pentingnya kalimat "لا اله الا الله"  dalam islam :

1. Dasar Syahadat: Kalimat ini adalah bagian pertama dari dua kalimat syahadat, yang merupakan rukun Islam pertama. Tanpa mengucapkan dan meyakini kalimat ini, seseorang tidak dianggap sebagai Muslim.


2. Pintu Masuk Islam: Bagi seseorang yang baru masuk Islam, mengucapkan kalimat "لا اله الا الله" dengan penuh keyakinan adalah langkah pertama yang harus diambil. Ini menjadi tanda resmi keislaman seseorang.


3. Landasan Akhlak: Dengan meyakini kalimat ini, seorang Muslim diharapkan memiliki akhlak yang mulia, karena ia menjalani hidup berdasarkan ajaran Allah yang menuntun kepada kebaikan dan kebenaran.


Dalam sejarah Islam, kalimat "لا اله الا الله" sering menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan. Misalnya, pada masa awal dakwah Nabi Muhammad SAW, kalimat ini menjadi pernyataan revolusioner yang menantang sistem kepercayaan masyarakat Mekkah yang politeistik. Para pengikut Nabi yang mengucapkan kalimat ini sering menghadapi penganiayaan dan siksaan, namun tetap teguh dalam keimanan mereka.

Kalimat "لا اله الا الله" bukan hanya sebuah ungkapan ritual, melainkan harus tercermin dalam setiap aspek kehidupan seorang Muslim. Berikut beberapa cara untuk menginternalisasi makna kalimat ini dalam kehidupan sehari-hari:

1. Kesadaran Spiritual: Mengingat dan merenungkan kalimat "لا اله الا الله" secara rutin membantu menjaga kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil.

2. Etika dan Moral: Seorang Muslim yang menghayati makna kalimat ini akan berusaha menjalani hidup dengan integritas, kejujuran, dan tanggung jawab, karena ia menyadari bahwa semua perbuatannya diawasi oleh Allah.

3. Doa dan Ibadah: Kalimat "لا اله الا الله" sering diucapkan dalam berbagai bentuk doa dan dzikir. Ini memperkuat hubungan spiritual antara seorang hamba dengan Tuhannya.


4. Sikap Toleransi dan Keadilan: Memahami bahwa semua manusia diciptakan oleh Allah, seorang Muslim yang meyakini kalimat "لا اله الا الله" akan berusaha untuk berlaku adil dan menghormati hak-hak orang lain.


Meskipun mengucapkan kalimat ini terlihat sederhana, mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi tantangan. Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi antara lain:

1.Godaan Duniawi: Kehidupan modern dengan segala kemewahannya sering kali menarik seseorang menjauh dari nilai-nilai spiritual. Menjaga konsistensi dalam mengamalkan ajaran Islam membutuhkan disiplin dan pengorbanan.


2.Tekanan Sosial: Dalam beberapa masyarakat, mengamalkan nilai-nilai Islam secara penuh mungkin menghadapi resistensi atau bahkan diskriminasi. Seorang Muslim harus memiliki keberanian dan keteguhan iman untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip keimanannya.

3.Pemahaman yang Benar: Memahami makna kalimat "لا اله الا الله" secara mendalam memerlukan pengetahuan dan pembelajaran yang berkelanjutan. Ini melibatkan membaca, berdiskusi, dan belajar dari ulama yang kompeten.


Kalimat "لا اله الا الله" adalah inti dari ajaran Islam dan menjadi landasan keimanan seorang Muslim. Dengan mengucapkan dan meyakini kalimat ini, seorang Muslim berkomitmen untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Kalimat ini tidak hanya memiliki makna teologis yang dalam, tetapi juga implikasi praktis yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari.

Menginternalisasi dan mengamalkan makna "لا اله الا الله" memerlukan usaha yang terus-menerus, tetapi hasilnya adalah kehidupan yang bermakna, penuh berkah, dan selaras dengan tujuan penciptaan manusia. Sebagai umat Islam, memahami dan menghayati kalimat ini merupakan langkah penting dalam memperkuat keimanan dan menjalani kehidupan yang diridhai Allah SWT.

Label: